Beberapa hari ini kita pasti mendengar tentang tindakan
sekolah yg mengeluarkan anak didiknya dari sekolah karena mereka membajak
sebuah bis dan perseteruan pendapat antara Wagub Jakarta, Pak Ahok dan KPAI ttg
tepat atau tidaknya hukuman tersebut..
Topik yang sangat menarik untuk dibahas... :)
Ada satu pendapat yang buat saya menarik
Menurut berita ada orang tua yg sms kepada Wagub Pak Ahok mengatakan bahwa
beliau kejam telah mengeluarkan anaknya dr sekolah
Menjawab itu, saya membaca di komentar berita satu hal yg menarik.
Dia menulis jangan menyalahkan pemerinta krn mengeluarkan anak dr sekolah
negeri tapi berapa orang tua yang berani melaporkan anaknya jika anaknya
berbuat sesuatu yang melanggar hukum? Bukankah dgn tidak melaporkan anaknya yg
bersalah sama saja memberi tahu kepada anaknya bahwa tidak apa melanggar hukum
selama tidak ketahuan atau orang tuanya bisa menahan supaya anaknya tidak
ditahan...
Jujur saya lagi keranjingan sinetron "Cinta yang sama" Nah di situ
juga juga dicontohkan hal yang sama.. Si anak ketahuan dan terpaksa mengaku
bahwa sudah tabrak larii seorang ibu sampai meninggal (walaupun ternyata yg di
belakang setir adalah temannya yang malah bungkam sama sekali membiarkan
temannya menanggung kesalahan itu... - (tipikal sinetron indonesia...) Lalu
ayahnya mohon kepada anak yg ibunya meninggal untuk tidak melaporkan anaknya ke
polisi...
Hal ini menggelitik hati saya, satu sisi saya tahu mana ada sih orang tua yg
tega anaknya sampai dipenjara, tapi itu tidak adil bagi anak yg harus kehilangan
ibunya, tidak adil bagi orang2 yang bisnya dibajak... Yg melakukan kerugian itu
memang harus dihukum tapi hukuman apa yang pantas untuk membuat si anak
mengerti kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi...
Kebetulan saya baru saja habis membaca dua
novel Tere Liye yang merupakan bagian dari serial anak-anak mamak, Burlian dan
Amelia.. Di situ saya menemukan cara Mamak yang buat saya keren banget untuk
membuat jera si anak dan cara Bapak membuat pengertian pada si anak disesuaikan
dengan pemikiran si anak.. Saya akan coba menceritakan dengan singkat apa yang
saya baca
Kisah yg pertama adalah dari cerita Burlian
Pagi –pagi
sekali, Kakak tertuanya Kak Eli membangunkan Burlian dan Pukat. Mereka kaget
ini masih pagi sekali, baru jam 4.30 kok mereka sudah dibangunkan.
Tiba-tiba
terdengar suara Mamak dari dapur memberitahu kalau mereka berdua kali ini ikut
mamak ke kebun.
Burlian
bingung tumben-tumben mamaknya mengijinkan ia dan Kak Pukat tidak sekolah,
padahal kalau terlihat malas sekolah saja, Mamak sudah siap mendelik dan
menjewer kuping mereka
Mamak hanya
mengatakan bahwa hari ini tugas mereka membantu Mamak mengambil kayu bakar.
Tidak usah sekolah.
Maka
berangkatlah Burlian, Pukat dan mamaknya saat hari masih gelap. Waktu normal
orang di kampung mereka berangkat ke kebun.
Dengan
suasana jalan yang menyenangkan menuju kebun, Burlian berpikir waa hal ini
lebih asik ketimbang ke sekolah…
Mulailah
mereka diberi instruksi oleh Mamak untuk mengambil kayu bakar.
Kejutan
pertama yang mereka temui adalah isi keranjang yang harus penuh dengan kayu
bakar yang pastinya lumayan berat untuk mereka pikul
Tapi mereka
tidak punya kesempatan protes karena mamak menyuruh mereka untuk bergegas,
bergegas dan bergegas.
Kejutan
kedua yang mereka temui bahwa tidak hanya sekali saja mereka harus memanggul
keranjang berisi kayu bakar yang penuh.. ternyata sepertinya mereka harus
melakukan ini seharian.
Jam 1 siang
mereka sudah sangat berharap untuk diberi kesempatan istirahat untuk makan
siang dan shalat zuhur, tapi mereka ga berani tanya dengan mamak karena Burlian
dan Pukat baru sadar bahwa ini adalah hukuman yang harus mereka terima karena
bolos sekolah dan mereka tahu kalau mereka bertanya2 kepada Mamak atau protes
kenapa seharian mereka melakukan ini, dampaknya akan lebih buruk untuk mereka.
Jadi lebih baik mereka diam.
Jam 2 mereka
baru diberi mamak nasi dibungkus daun pisang hanya nasi putih tanpa sayur,
tanpa lauk. Itupun mereka harus cepat2 makan karena harus bekerja kembali
Baru mulai
makan, Mamak sudah berteriak “Oi, kalian kalau mencari belalang semangat sekali
sampai lupa sekolah. Kenapa sekarang buat makan saja lambat macam baru selesai
lebaran tahun depan” dan berlanjutlah omelan Mamak kepada mereka berdua
Setelah itu,
masih berlanjutlah hukuman mereka sampai rit ke 11 ketika mereka bepikir bahwa
hukuman ini akan berhenti saat mereka pingsan. Tapi Mamak lebih tahu apa yang
terbaik setelah rit ke 11 itulah Mamak berkata kayu bakar sudah cukup.. betapa
leganya mereka
Cerita
berlanjut besok pagi saat Kak Eli membangunkan Burlian jam 7 pagi.
Burlian
kembali kaget karena dia merasa baru saja tidur kenapa sudah dibangunkan kembali
“Kata Mamak,
hari ini kau disuruh ikut ke kebun lagi.” Kak Eli mendesis
Dengan
semangat tinggi walaupun badan sakit, Burlian segera bangun dan menyambar
handuk utk segera mandi dan pergi SEKOLAH, katanya hari ini aku sekolah saja,
besok-besok dan lusa-lusanya….Masih lebih enak sekolah ketimbang harus seharian
bekerja di kebun
Yes… Mission
accomplished…
(saat
membaca bagian ini, saya mulai senyum-senyum sendiri karena si penulis tetap
menceritakan bagian ini dari sudut pikiran Burlian yang masih anak-anak, dari
mulai kesenangan karena boleh ga sekolah lagi dan akhirnya sadar kalau ternyata
dia sedang dihukum oleh Mamaknya.. sebuah hukuman sederhana yang mau bilang
kepada Burlian dan Pukat, kalau kamu tidak mau sekolah, berarti kamu sudah
dianggap sebagai orang dewasa dan orang dewasa punya tanggung jawab untuk
bekerja… jadi pilihan ada di tangan mereka berdua….hukuman yang betul2 memberi
efek jera dan membuat pengertian yang bisa ditangkap oleh pikiran si anak kalau
memang apa yang diperbuatnya itu salah.)
Kisah kedua
adalah cerita tentang Amelia, si anak bungsu
Sebagai anak
bungsu, Amelia sangat kesal sekali disuruh-suruh sama Kakak tertuanya, Kak
Eli.. dia merasa kakaknya tidak menyayangi dirinya, hanya bisa menyuruh2 saja,
rasanya tidak puas Kak Eli itu kalau tidak menyuruh Amelia..
Sampai suatu
hari dia bercerita dengan temannya Maya, bagaimana cara menghilangkan sakit
hati karena disuruh2 sama Kakak tertuanya (karena Maya juga anak bungsu). Maya
memberi usul dan dengan nekad dan diam2 dilakukan oleh Amelia. Saat makan
malam, tidak ada yang tahu apa yang diperbuatnya.. sampai waktu mau tidur,
tiba2 kak eli teriak dari kamar mandi, marah2 karena sikat giginya rusak
seperti dipakai untuk mencuci sesuatu.. Ya , Amel lah yang melakukannya untuk
mencuci sepatunya seperti usul Maya, supaya jika Kak Eli tidak sadar memakai
sikat giginya yang habis dipakai utk cuci sepatu itu… singkat cerita
ketahuanlah perbuatan Amel itu.. dan terjadilah keributan antara Kak Eli dan
Amel, dan Amelpun menangis dan duduk saja di teras depan karena dia masih benci
dengan kakaknya dan tidak mau tidur sekamar sama kakaknya itu sbg wujud
protesnya
Bapak pun
datang dan bertanya kepada Amel apakah Bapak boleh menemani Amel
Dan menemani
di sini adalah betul-betul menemani, tidak berusaha untuk ngobrol, tidak
berusaha untuk menegur, tapi hanya diam dan menemani sampai akhirnya Amel yang
berbicara dahulu dan bercerita kepada Bapak
Singkat
cerita (kalau mau lengkapnya baca bukunya yaaa hehehe) Amel masih protes dan
menganggap bahwa Kak Eli tidak pernah sayang padanya, walaupun Bapak sudah
mencoba memberitahu Amel bahwa itulah bukti kasih sayang Kak Eli dengan selalu
menegur Amel jika Amel tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Amel masih
tidak terima sampai akhirnya Bapak bertanya, maukah Amel mendengar cerita
Bapak? Dan Bapak pun bercerita tentang Kak Eli yang sangat bangga dengan
adiknya ini yang mungkin Amel tidak tahu karena masih kecil. Amel masih
bersikukuh dengan pendapatnya dan akhirnya Bapak melihat bahwa untuk malam ini
kalau Amel tidak mau satu kamar dengan Kak Eli, Amel boleh tidur dengan Bapak
dan mamak
Besok pagi,
Amel diminta bangun pagi dan melakukan pekerjaan Kak Eli. Itulah hukuman yang
disepakati Bapak dan Mamak untuk perbuatan Amel kemarin. Seperti mau
disampaikan kepada Amel, ini loh pekerjaan anak sulung, ini loh tanggung jawab
yang dilakukan Kak Eli setiap hari. Dari sisi kecepatan Amel melakukan semua
pekerjaan yang jauh dibawah kecepatan Kak Eli, Amel mulai terbuka pikirannya
kalau selama ini tanggung jawab kak Eli lebih berat dari dirinya.. sampai
akhirnya Amel harus ikut Kak Eli mengambil kayu bakar. Mamak tahu bahwa Amel
tidak mau bicara dengan Kak Eli dan Mamakpun sengaja memberikan hukuman ini
kepada Amel.
Singkat
cerita, semua peristiwa hari itu membuat Amel sadar bahwa Bapak betul, itulah
cara Kak Eli menunjukan kasih sayang dan perhatiannya untuk adik perempuan
satu-satunya.
Sama seperti
hukuman untuk Burlian, hukuman yang diberikan bukan sebuah hukuman yang
menyiksa, tapi sebuah hukuman yang sederhana yang mau mengajarkan bahwa kita
tidak boleh menilai sepihak tentang sesuatu, karena seperti Kak Eli, kita belum
tau apa tanggung jawab kak Eli dan jika kita diberi tanggung jawab yang sama,
apakah kita sanggup?
Dari kedua
kisah ini dan banyak peristiwa tentang kenakalan pelajar, memang betul bahwa
pendidikan itu berawal dari rumah. Tugas orang tua memang tidak mudah untuk
menerapkan pendidikan itu, tapi kalau mau dipelajari segala sesuatu bisa
dilakukan. Seperti Mamak dan Bapak dalam kisah itu, kalau dibilang sibuk,
mereka sangat sibuk karena dengan kondisi ekonomi keluarga yang masih sulit,
mereka harus banting tulang mencukupi kebutuhan rumah tangga ditambah dengan
pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan (ga ada yah yang namanya pembantu 2
atau 3)… dilihat dari pendidikan, tidak diceritakan sampai dimana pendidikan
Mamak, tapi untuk Bapak, SR (sekolah rakyat) saja tidak lulus.
Memang ini
hanyalah kisah belaka, tapi saya masih berpikir bahwa cara mendidik Mamak dan
Bapak nyata dalam kehidupan si penulis.. Mungkin dugaan saya salah, tapi tidak
tertutup kemungkinan bahwa itu benar
Tapi
pembelajaran bisa dimana saja bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar