Read in your own language

Minggu, 17 November 2013

Anak dan Hukuman

Beberapa hari ini kita pasti mendengar tentang tindakan sekolah yg mengeluarkan anak didiknya dari sekolah karena mereka membajak sebuah bis dan perseteruan pendapat antara Wagub Jakarta, Pak Ahok dan KPAI ttg tepat atau tidaknya hukuman tersebut..
Topik yang sangat menarik untuk dibahas... :)

Ada satu pendapat yang buat saya menarik

Menurut berita ada orang tua yg sms kepada Wagub Pak Ahok mengatakan bahwa beliau kejam telah mengeluarkan anaknya dr sekolah
Menjawab itu, saya membaca di komentar berita satu hal yg menarik.
Dia menulis jangan menyalahkan pemerinta krn mengeluarkan anak dr sekolah negeri tapi berapa orang tua yang berani melaporkan anaknya jika anaknya berbuat sesuatu yang melanggar hukum? Bukankah dgn tidak melaporkan anaknya yg bersalah sama saja memberi tahu kepada anaknya bahwa tidak apa melanggar hukum selama tidak ketahuan atau orang tuanya bisa menahan supaya anaknya tidak ditahan...

Jujur saya lagi keranjingan sinetron "Cinta yang sama" Nah di situ juga juga dicontohkan hal yang sama.. Si anak ketahuan dan terpaksa mengaku bahwa sudah tabrak larii seorang ibu sampai meninggal (walaupun ternyata yg di belakang setir adalah temannya yang malah bungkam sama sekali membiarkan temannya menanggung kesalahan itu... - (tipikal sinetron indonesia...) Lalu ayahnya mohon kepada anak yg ibunya meninggal untuk tidak melaporkan anaknya ke polisi...

Hal ini menggelitik hati saya, satu sisi saya tahu mana ada sih orang tua yg tega anaknya sampai dipenjara, tapi itu tidak adil bagi anak yg harus kehilangan ibunya, tidak adil bagi orang2 yang bisnya dibajak... Yg melakukan kerugian itu memang harus dihukum tapi hukuman apa yang pantas untuk membuat si anak mengerti kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi...
Kebetulan saya baru saja habis membaca dua novel Tere Liye yang merupakan bagian dari serial anak-anak mamak, Burlian dan Amelia.. Di situ saya menemukan cara Mamak yang buat saya keren banget untuk membuat jera si anak dan cara Bapak membuat pengertian pada si anak disesuaikan dengan pemikiran si anak.. Saya akan coba menceritakan dengan singkat apa yang saya baca

Kisah yg pertama adalah dari cerita Burlian





Dikisahkan Burlian dan Pukat, kakaknya merencanakan untuk membolos sekolah supaya mereka bisa menangkap banyak belalang di kebun supaya bisa dijual di kota kecamatan. Mereka merencanakan semuanya dengan matang dan tanpa kesalahan mereka bisa melakukan semuanya itu tanpa diketahui mamaknya. Dan sampai makan malam, mereka makin yakin kalau tindakan mereka tidak diketahui oleh siapapun termasuk oleh Mamak, orang yang paling mereka takuti kalo sampai perbuatan membolos sekolah ini terbongkar… tidurlah mereka dengan nyenyak dengan perasaan mereka berhasil untuk tidak ketahuan..dan Burlian pun berpikir, sepertinya besok besok lusa mereka bisa mengulanginya lagi…

Pagi –pagi sekali, Kakak tertuanya Kak Eli membangunkan Burlian dan Pukat. Mereka kaget ini masih pagi sekali, baru jam 4.30 kok mereka sudah dibangunkan.
Tiba-tiba terdengar suara Mamak dari dapur memberitahu kalau mereka berdua kali ini ikut mamak ke kebun.

Burlian bingung tumben-tumben mamaknya mengijinkan ia dan Kak Pukat tidak sekolah, padahal kalau terlihat malas sekolah saja, Mamak sudah siap mendelik dan menjewer kuping mereka
Mamak hanya mengatakan bahwa hari ini tugas mereka membantu Mamak mengambil kayu bakar. Tidak usah sekolah.

Maka berangkatlah Burlian, Pukat dan mamaknya saat hari masih gelap. Waktu normal orang di kampung mereka berangkat ke kebun.
Dengan suasana jalan yang menyenangkan menuju kebun, Burlian berpikir waa hal ini lebih asik ketimbang ke sekolah…
Mulailah mereka diberi instruksi oleh Mamak untuk mengambil kayu bakar. 

Kejutan pertama yang mereka temui adalah isi keranjang yang harus penuh dengan kayu bakar yang pastinya lumayan berat untuk mereka pikul
Tapi mereka tidak punya kesempatan protes karena mamak menyuruh mereka untuk bergegas, bergegas dan bergegas.

Kejutan kedua yang mereka temui bahwa tidak hanya sekali saja mereka harus memanggul keranjang berisi kayu bakar yang penuh.. ternyata sepertinya mereka harus melakukan ini seharian.
Jam 1 siang mereka sudah sangat berharap untuk diberi kesempatan istirahat untuk makan siang dan shalat zuhur, tapi mereka ga berani tanya dengan mamak karena Burlian dan Pukat baru sadar bahwa ini adalah hukuman yang harus mereka terima karena bolos sekolah dan mereka tahu kalau mereka bertanya2 kepada Mamak atau protes kenapa seharian mereka melakukan ini, dampaknya akan lebih buruk untuk mereka. Jadi lebih baik mereka diam.
Jam 2 mereka baru diberi mamak nasi dibungkus daun pisang hanya nasi putih tanpa sayur, tanpa lauk. Itupun mereka harus cepat2 makan karena harus bekerja kembali
Baru mulai makan, Mamak sudah berteriak “Oi, kalian kalau mencari belalang semangat sekali sampai lupa sekolah. Kenapa sekarang buat makan saja lambat macam baru selesai lebaran tahun depan” dan berlanjutlah omelan Mamak kepada mereka berdua

Setelah itu, masih berlanjutlah hukuman mereka sampai rit ke 11 ketika mereka bepikir bahwa hukuman ini akan berhenti saat mereka pingsan. Tapi Mamak lebih tahu apa yang terbaik setelah rit ke 11 itulah Mamak berkata kayu bakar sudah cukup.. betapa leganya mereka

Cerita berlanjut besok pagi saat Kak Eli membangunkan Burlian jam 7 pagi.
Burlian kembali kaget karena dia merasa baru saja tidur kenapa sudah dibangunkan kembali
“Kata Mamak, hari ini kau disuruh ikut ke kebun lagi.” Kak Eli mendesis

Dengan semangat tinggi walaupun badan sakit, Burlian segera bangun dan menyambar handuk utk segera mandi dan pergi SEKOLAH, katanya hari ini aku sekolah saja, besok-besok dan lusa-lusanya….Masih lebih enak sekolah ketimbang harus seharian bekerja di kebun

Yes… Mission accomplished…

(saat membaca bagian ini, saya mulai senyum-senyum sendiri karena si penulis tetap menceritakan bagian ini dari sudut pikiran Burlian yang masih anak-anak, dari mulai kesenangan karena boleh ga sekolah lagi dan akhirnya sadar kalau ternyata dia sedang dihukum oleh Mamaknya.. sebuah hukuman sederhana yang mau bilang kepada Burlian dan Pukat, kalau kamu tidak mau sekolah, berarti kamu sudah dianggap sebagai orang dewasa dan orang dewasa punya tanggung jawab untuk bekerja… jadi pilihan ada di tangan mereka berdua….hukuman yang betul2 memberi efek jera dan membuat pengertian yang bisa ditangkap oleh pikiran si anak kalau memang apa yang diperbuatnya itu salah.)

Penasaran sama ceritanya? Ayo dibaca lengkap kisah Burlian di bukunya..

Kisah kedua adalah cerita tentang Amelia, si anak bungsu



Sebagai anak bungsu, Amelia sangat kesal sekali disuruh-suruh sama Kakak tertuanya, Kak Eli.. dia merasa kakaknya tidak menyayangi dirinya, hanya bisa menyuruh2 saja, rasanya tidak puas Kak Eli itu kalau tidak menyuruh Amelia..
Sampai suatu hari dia bercerita dengan temannya Maya, bagaimana cara menghilangkan sakit hati karena disuruh2 sama Kakak tertuanya (karena Maya juga anak bungsu). Maya memberi usul dan dengan nekad dan diam2 dilakukan oleh Amelia. Saat makan malam, tidak ada yang tahu apa yang diperbuatnya.. sampai waktu mau tidur, tiba2 kak eli teriak dari kamar mandi, marah2 karena sikat giginya rusak seperti dipakai untuk mencuci sesuatu.. Ya , Amel lah yang melakukannya untuk mencuci sepatunya seperti usul Maya, supaya jika Kak Eli tidak sadar memakai sikat giginya yang habis dipakai utk cuci sepatu itu… singkat cerita ketahuanlah perbuatan Amel itu.. dan terjadilah keributan antara Kak Eli dan Amel, dan Amelpun menangis dan duduk saja di teras depan karena dia masih benci dengan kakaknya dan tidak mau tidur sekamar sama kakaknya itu sbg wujud protesnya

Bapak pun datang dan bertanya kepada Amel apakah Bapak boleh menemani Amel
Dan menemani di sini adalah betul-betul menemani, tidak berusaha untuk ngobrol, tidak berusaha untuk menegur, tapi hanya diam dan menemani sampai akhirnya Amel yang berbicara dahulu dan bercerita kepada Bapak
Singkat cerita (kalau mau lengkapnya baca bukunya yaaa hehehe) Amel masih protes dan menganggap bahwa Kak Eli tidak pernah sayang padanya, walaupun Bapak sudah mencoba memberitahu Amel bahwa itulah bukti kasih sayang Kak Eli dengan selalu menegur Amel jika Amel tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Amel masih tidak terima sampai akhirnya Bapak bertanya, maukah Amel mendengar cerita Bapak? Dan Bapak pun bercerita tentang Kak Eli yang sangat bangga dengan adiknya ini yang mungkin Amel tidak tahu karena masih kecil. Amel masih bersikukuh dengan pendapatnya dan akhirnya Bapak melihat bahwa untuk malam ini kalau Amel tidak mau satu kamar dengan Kak Eli, Amel boleh tidur dengan Bapak dan mamak

Besok pagi, Amel diminta bangun pagi dan melakukan pekerjaan Kak Eli. Itulah hukuman yang disepakati Bapak dan Mamak untuk perbuatan Amel kemarin. Seperti mau disampaikan kepada Amel, ini loh pekerjaan anak sulung, ini loh tanggung jawab yang dilakukan Kak Eli setiap hari. Dari sisi kecepatan Amel melakukan semua pekerjaan yang jauh dibawah kecepatan Kak Eli, Amel mulai terbuka pikirannya kalau selama ini tanggung jawab kak Eli lebih berat dari dirinya.. sampai akhirnya Amel harus ikut Kak Eli mengambil kayu bakar. Mamak tahu bahwa Amel tidak mau bicara dengan Kak Eli dan Mamakpun sengaja memberikan hukuman ini kepada Amel.
Singkat cerita, semua peristiwa hari itu membuat Amel sadar bahwa Bapak betul, itulah cara Kak Eli menunjukan kasih sayang dan perhatiannya untuk adik perempuan satu-satunya.

Sama seperti hukuman untuk Burlian, hukuman yang diberikan bukan sebuah hukuman yang menyiksa, tapi sebuah hukuman yang sederhana yang mau mengajarkan bahwa kita tidak boleh menilai sepihak tentang sesuatu, karena seperti Kak Eli, kita belum tau apa tanggung jawab kak Eli dan jika kita diberi tanggung jawab yang sama, apakah kita sanggup?

Dari kedua kisah ini dan banyak peristiwa tentang kenakalan pelajar, memang betul bahwa pendidikan itu berawal dari rumah. Tugas orang tua memang tidak mudah untuk menerapkan pendidikan itu, tapi kalau mau dipelajari segala sesuatu bisa dilakukan. Seperti Mamak dan Bapak dalam kisah itu, kalau dibilang sibuk, mereka sangat sibuk karena dengan kondisi ekonomi keluarga yang masih sulit, mereka harus banting tulang mencukupi kebutuhan rumah tangga ditambah dengan pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan (ga ada yah yang namanya pembantu 2 atau 3)… dilihat dari pendidikan, tidak diceritakan sampai dimana pendidikan Mamak, tapi untuk Bapak, SR (sekolah rakyat) saja tidak lulus.

Memang ini hanyalah kisah belaka, tapi saya masih berpikir bahwa cara mendidik Mamak dan Bapak nyata dalam kehidupan si penulis.. Mungkin dugaan saya salah, tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa itu benar

Tapi pembelajaran bisa dimana saja bukan? 


Tidak ada komentar: