Diambil dari https://eslkevin.wordpress.com/2010/07/26/the-obituary-of-joey-velasco-and-the-table-of-hope/ |
Setiap anak menceritakan kisah berbeda dalam kehidupannya dan membawa makna yang berbeda2 pula. Joey Velasco mengatakan bahwa "Lukisan ini mencerminkan sebuah kisah tentang kelapanan yang lebih besar dari yang dapat dipuaskan dari sepiring nasi. Anak-anak ini lapar akan rasa cinta.."
Ini kisah selengkapnya tentang lukisan ini .... liputan lukisan "the last supper"
Pertama dikasih lihat lukisan ini, saya langsung tersentuh.. Lukisan ini menggambarkan dari kondisi yang sering kita temui sekarang.... Setiap anak memiliki harapan sendiri untuk dapat hidup bahagia, tercukupi dicintai, diterima... namun dalam perjalanan hidupnya, tidak sedikit anak-anak malah ditelantarkan orang tuanya, berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ataupun dengan kesibukan orang tua, tanpa sadar telah mengabaikan anaknya.. bahkan kemiskinan juga sering telah merengut kebahagiaan anak untuk dicintai orang tuanya..
Dalam kondisi seperti itu, sebenarnya kemana anak bisa mengadu, merasa aman, merasa dilindungi...? mungkin mereka akan berlindung pada kita? mencari penerimaan dari kita?
Hal inilah yang direfleksi oleh saya dan rekan-rekan lain sebagai pegiat sosial yang bergerak dalam dunia anak, apakah kami sudah menciptakan ruang untuk anak merasa dicintai, anak merasa diterima, anak merasa bahagia? atau ruang seperti apa yang akhirnya kami ciptakan ketika berinteraksi langsung dengan mereka
Ketika ada anak-anak yang cenderung selalu diam dalam kegiatan, apakah kita cukup peka melihat keberadaan mereka? atau kita hanya melihat anak-anak yang aktif saja?
Kalau gambar Yesus diganti dengan gambar saya dan kamu, dapatkah kita seperti Yesus yang memberi harapan seperti pada lukisan itu?
Mungkin kebutuhan mereka bukanlah secara materiil... mereka hanya butuh diterima, dicintai.. dan itu bukan sesuatu yang dapat diatasi dengan program, diatasi dengan kegiatan, tapi diatasi dengan bersama dengan mereka, dengan mencintai mereka, dengan menerima mereka walaupun mereka pendiam dan cenderung pasif dalam kegiatan. Cukup peka kah kita melihat kondisi tersebut?
Apakah kehadiran kita dan ruang yang kita berikan mencermikan kehadiran Allah dalamnya?
Tempo hari saya membaca blog teman saya yang berkisah tentang "Bangku Cadangan" Bagaimana perjalanan hidupnya yang dia analogikan seperti duduk di bangku cadangan membuatnya sangat memahami apa yang dirasakan oleh orang-orang yang 'tidak dianggap' oleh orang lain dan dengan demikian ia mampu menerima orang-orang yang pernah berada dalam posisi yang sama dengan dirinya dan empati itu menjadi sangat kuat..
Saya sangat percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi atau diijinkan terjadi dalam hidup kita memiliki sebuah alasan indah yang menuntut kita untuk belajar dari padanya... Bahkan dalam situasi yang menurut kita saat itu adalah buruk. Dan ketika kita berhasil untuk menerima situasi buruk itu dengan suasana hati yang bahagia dan belajar dari padanya, saya percaya kita akan mudah melalui situasi yang sama atau lebih buruk di masa depan. Pengalaman itu membuat kita lebih mudah berbicara ataupun meneguhkan teman lain yang mengalaminya...
Jadi apa yang kita bisa lakukan kemudian? Saya tentunya tidak menyarakan teman-teman untuk menderita dulu atau mengalami sesuatu yang buruk baru bisa berempati... tapi satu hal yang mungkin bisa dilakukan adalah "What Would Jesus Do?" Berikan kasih, penerimaan, cinta kepada setiap anak ataupun orang lain yang kita temui... Ikutilah teladan Yesus... karena kita tidak tahu apa yang kita lakukan kepada anak-anak ini akan membawa perbedaan yang besar dalam hidup mereka saat mendatang.
Create a space where people feel loved, accepted, fulfilled...